KONSEP PRODUKTIVITAS
Dimana pun ia berada suatu organisme tidak akan dapat hidup mandiri.
Untuk kelangsungan hidupnya, suatu organisme akan bergantung pada kehadiran
organisme lain dan sumber daya alam yang ada disekitarnya untuk keperluan
pangan, lindungan, pertumbuhan pekembangbiakan, dan sebagainya. Hubungan antara
suatu individu dengan lingkungannya sangat rumit dan timbal balik sifatnya.
PRODUKTIVITAS
Setiap ekosistem atau komunitas, atau bagian-bagiannya
memiliki produktivitas dasar atau disebut pula produktivitas primer. Batasan
produktivias primer adalah kecepatan penyimpanan energi potensial oleh
organisme produsen, melalui proses fotosintesis dan kemosintesis, dalam bentuk
bahan-bahan organik yang dapat pula digunakan sebagai bahan pangan.
Kategori-kategori produktivitas antara lain :
a.
Produktivitas primer kotor, yaitu kecepatan total
fotosintesis, menyangkut pula bahan organik yang dipakai untuk respirasi selama
pengukuran. Istilah lain untuk produktivitas primer kotor adalah “fotosintesis
total” atau “asimilasi total”.
b.
Produktivitas primer bersih, yaitu kecepatan
penyimpanan bahan-bahan organik dalam jaringan tumbuhan, sebagai kelebihan
bahan yang dipakai untuk respirasi oleh tumbuhan itu selama pengukuran. Istilah
lain untuk produktivitas bersih adalah :”fotosintesis nyata” atau “asimilasi
bersih”.
Kecepatan penyimpangan energi potensial pada tingkat
trofik konsumen dan pengurai, disebut produktivitas sekunder. Dengan sendirinya
energi ini semakin kecil pada tingkat trofik berikutnya. Arus energi total pada
tingkat heterotrofik yang analog dengan produktivitas kotor pada tingkat
autotrofik, sebaiknya dinamakan “asimilasi” bukan kata “produksi”.
Dalam konsep produktivitas, faktor satuan waktu sangat
penting, karena system kehidupan adalah proses yang berjalan secara sinambung.
Hal ini tentu berbeda dengan proses-proses dalam pengertian kimia atau
industri, khususnya dalam istilah produksi.
Suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-unsur
hayati (organisme) dan unsur-unsur non hayati (zat-zat tak hidup) serta antara
unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbale-balik disebut system ekologi atau
sering dinamakan ekosistem.
Kalau melihat hanya dari fungsinya, suatu ekosistem itu
terdiri dari atas dua komponen, yaitu :
a.
Komponen Autotrofik (autos = sendiri; trophikos =
menyediakan makanan), yaitu organisme yang mampu menyediakan atau menyintesis
makanannya sendiri yang berupa bahan-bahan organik dari bahan-bahan anorganik
dengan bantuan energi matahari atau klorofil (zat hijau daun). Oleh karena itu
semua organisme yang mengandung klorofil disebut organisme autorofik.
b.
Komponen heterotofik (hetero = berbeda, lain) yaitu
organisme yang mampu memanfaatkan hanya bahan-bahan organik sebagai bahan
makanannya dan bahan tersebut disintesis dan disediakan oleh organisme lain.
Kalau
dilihat dari ekosistem dari segi penyusunannya, maka dapat kita bedakan empat
komponen, yaitu :
a.
bahan tak-hidup (abiotik, non-hayati), yaitu komponen
fisik dan kimia yang terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari, dan
sebagainya dan merupakan medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan.
b.
Produsen, yaitu organisme yang autotrofik yang umumnya
tumbuhan berklorofil, yang mensintesis makanan dari bahan anorganik yang
sederhana.
c.
Konsumen, yaitu organisme heterotrofik, misalnya hewan,
dan manusia yang makan organisme lain.
d.
Pengurai, perombak, atau decomposer, yaitu organisme
heterotrofik yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati
(bahan organik kompleks, menyerap sebagian hasil pengurai tersebut dan melepas bahan-bahan
yang sederhana yang dapat dipakai oleh produsen.
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam
ekologi, mengingat bahwa di dalamnya tercakup organisme dan lingkungan abiotik
yang satu terhadap yang lain saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan benda
nyata dan mempunyai ukuran yang beraneka ragam, bergantung pada tingkat
organisasinya.
Pada pokoknya semua ekosistem pada tingkat organisme
yang berbeda mempunyai komponen, interaksi antar komponen dan proses
operasional yang sama. Perbedaan ekosistem yang satu dengan yang lain terdapat
pada tingkat organisasinya, bergantung kepada kerumitan dalam hal, sebagai
berikut :
-
Banyaknya jenis organisme produsen
-
Banyaknya jenis organisme konsumen
-
Banyaknya keanekaragaman organisme pengurai
-
Banyaknya macam-macam komponen abiotik
-
Kompleksitas interaksi antar komponen
-
Berbagai proses yang berjalan dalam ekosistem
Sifat ekosistem yang universal, baik dalam ekosiste darat dan perairan,
ataupun ekosistem buatan seperti kebun dan sawah, semuanya merupakan interaksi
antara komponen ototrofik dengan heterotrofik. Ada dua hal yang penting dalam sifat
universal itu, ialah :
- Seringkali fungsi dan organisme yang menjalankan proses interaksi, terpisahkan secara fisik, dalam arti bahwa berbagai organisme itu tersusun dalam stratifikasi (tingkat).
- Fungsi dasar umumnya terpisah oleh waktu, sehingga terdapat tenggang-waktu lama antara terbentuknya bahan yang diproduksi oleh organisme ototrofik dengan pemanfaatan produk tersebut oleh organisme heterotrofik.
Organisme yang dinamakan pengurai adalah organisme yang memperoleh energi
untuk hidupnya melalui absorpsi hasil penguraian atau dekomposisi. Organisme
semacam ini terdiri dari organisme heterotrofik.
Organisme yang disebut konsumen makro adalah organisme yang memperoleh energi
untuk hidupnya dengan jalan memakan bahan-bahan organik. Organisme ini sebagian
besar berupa hewan dalam arti luas. Sifat komponen makro kebalikan dari
organisme pengurai, yaitu berukuran besar, mempunyai kecepatan metabolisme
rendah, dan memiliki morfologi yang sesuai dengan cara makannya.
PROSES PRODUKSI DAN DEKOMPOSISI
Sintesis karbohidrat, lemak, protein, dan senyawa lain yang kompleks oleh
tumbuhan berklorofil, merupakan proses rumit sekali, sehingga belum dapat
dipahami secara lengkap. Meskipun dengan demikian, proses fotosintesis yang
menghasilkan karbohidrat dari bahan organik dapat disederhanakan sebagai
berikut :

Ditambah karbohidrat
(CO2) (H2O) energi surya (C6H12O6)n (O2)
Dalam proses seperti di atas, sebagian energi surya disimpan dalam bentuk
energi terikat atau potensial yang berupa makanan. Bersamaan dengan proses ini,
diperkirakan terjadi pula proses sintesis asam amino, protein, dan bahan-bahan
lain yang penting. Dalam tubuh setiap organisme terjadi proses pernafasan atau
respirasi yang secara kasar merupakan kebalikan proses fotosintesis. Dalam
proses respirasi terjadi oksidasi atau pembakaran bahan makanan, khususnya
karbohidrat, yang menghasilkan energi untuk tubuh, pergerakan, reproduksi, dan
lain-lain.
Dekomposisi merupakan akibat dari proses jasad renik memperoleh energi
untuk keperluan hidupnya. Proses ini berfungsi sangat vital, sebab bila
seandainya dikomposisi tidak pernah terjadi, maka dipermukaan bumi ini akan
tertimbun serasah, kayu mati dan bangkai hewan, sehingga kehidupan baru tidak
akan pernah terjadi. Jasad renik mengeluarkan berbagai enzim yang diperlukan
untuk kelangsungan proses kimia yang spesifik. Berbagai enzim ini dimasukkan ke
dalam organisme mati, dan sebagian hasil dekomposisi diserap oleh jasad renik
sendiri sebagai makanannya; sebagian lagi tertinggal dalam tanah. Sebenarnya
tidak ada satu jasad renik yang mampu melaksanakan dekomposisi secara total.
Tetapi populasi jasad renik yang beraneka ragam jenisnya dalam biosfera
mempunyai kemampuan yang beranekaragam pula, sehingga dapat menyelesaikan
proses dekomposisi secara tuntas. Perlu kita ketahui bahwa tidak semua bagian organisme
yang mati dapat diuraikan dengan kecepatan yang sama. Umpamanya, lemak, gula
dan protein mudah sekali diuraikan, sedangkan selulosa, lignin dalam kayu serta
rambut dan tulang hewan, sangat lambat diuraikannya. Bahan-bahan organik yang
resisten terhadap dekomposisi, secara koloktif disebut humus. Porses
dekomposisi ini dapat dibagi menjadi dua
tahap yaitu produksi humus yang berjalan cepat, dan mineralisasi humus yang
berjalan lambat.
Telah kita ketahui, bahwa dalam proses dekomposisi dihasilkan pula
berbagai zat kimia yang mempunyai efek positif sebagai zat perangsang
pertumbuhan, dan yang mempunyai efek negative sebagai penghambat pertumbuhan.
Zat kimia ini disebut hormon lingkungan. Dengan demikian, banyak produk
dekomposisi, berfungsi bukan hanya sebagai bahan makanan , tetapi juga sebagai
pengatur kimiawi.
KESEIMBANGAN DALAM EKOSISTEM
Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang dinamakan
homeostatis, yaitu kemampuan suatu system untuk menahan berbagai perubahan
dalam system secara keseluruhan. Keseimbangan itu diatur oleh berbagai faktor
yang sangat rumit. Dalam mekanisme keseimbangan ini, termasuk mekanisme yang
mengatur penyimpangan bahan-bahan, perlepasan hara makanan, pertumbuhan organisme dan produksi, serta
dekomposisi bahan-bahan organik.
Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar sekali terhadap
perubahan, tetapi biasanya batas mekanisme homestatis, dengan mudah dapat
diterobos oleh kegiatan manusia. Misalnya pada sebuah sungai yang dikotori oleh
pembuangan sampah yang tidak terlalu banyak, sungai itu dapat menjernihkan
kembali airnya secara alami, sehingga secara keseluruhan sungai itu dianggap
tidak tercemar.
Berbagai macam ekosistem mempunyai produktivitas yang berbeda dan ini banyak berkaitan dengan
berbagai faktor lingkungan, seperti iklim, topografi, sifat tanah, letak
geografis, air dan ketinggian dari permukaan laut atau elvasi
Kategori-kategori produktivitas antara lain :
-
Produktivitas primer kotor, yaitu kecepatan total
fotosintesis, menyangkut pula bahan organik yang dipakai untuk respirasi selama
pengukuran. Istilah lain untuk produktivitas primer kotor adalah “fotosintesis
total” atau “asimilasi total”.
-
Produktivitas primer bersih, yaitu kecepatan
penyimpanan bahan-bahan organik dalam jaringan tumbuhan, sebagai kelebihan
bahan yang dipakai untuk respirasi oleh tumbuhan itu selama pengukuran. Istilah
lain untuk produktivitas bersih adalah :”fotosintesis nyata” atau “asimilasi
bersih”.
Dapatlah kita simpulkan bahwa
organisme pengurai mempunyai tiga fungsi dalam suatu ekosistem selain mengatur keperluan dan kelangsungan
kehidupan sendiri yaitu :
-
Mineralisasi bahan-bahan organik yang telah mati
-
Menghasilkan makanan untuk organisasi lain
-
Menghasilkan zat-zat kimia yang disebut “homon
lingkungan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar