Minggu, 24 Juni 2012

HORTIKULTURA


BAB I
  PERBANYAKAN TANAMAN SECARA GENERATIF  DAN VEGETATIF

A.  Perbanyakan Secara Generatif
Perbanyakan tanaman secara generatif terjadi memlaui biji. Biji merupakan organ perkembangbiakan yang terbentuk dalam buah sebagai hasil dari pendewasaan bibit bakal biji yang dibuahi. Perbanyakan secara biji dilalui dengan peleburan ga.met jantan dan gamet betina tanaman induk.
1.      kelebihan perbanyakan tanamaan secara generatif
a.      tanaman bisa diperoleh dengan mudah dan cepat
b.      umur tanaman lebih lama.
c.      Tanaman yang di hasilkan memiliki perakaran lebih kuat, karena tanaman yang dihasilkan dari biji memiliki akar tunggang, terutama tanaman – tanaman keras.
d.      Varietas – varitas baru diperoleh dengan cara menyilangkannya.
2.      kelemahan perbanyakan tanaman secara generatif
a.   Tanaman baru yang dihasilkan belum tentu memiliki sifat yang bagus/unggul seperti tanaman induknya.
b.      Varietas baru yang muncul belum tentu baik.
c.      Waktu berbuah lebih lama.
d.      Kualitas tanaman baru diketahui setelah tanaman berbuah.
3.      syarat biji yang digunakan  untuk perbanyakan generatif.
a.      Biji dihasilkan dari buah yang sudah matang atau masak secara fisiologis.
b.      Bebas dari hama dan penyakit.
c.      Bentuk biji normal, tidak terlalu besar atau kecil dan tidak cacat.
d.      Memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lingkungan.

B.  Perbanyakan Secara Vegetatif.
            Perbanyakan secara vegetatif merupakan perkembangbiakan tanaman tanpa melalui perkawinan. Tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif  adalah tanaman yang memiliki kambium. Dalam melakukan perbanyakan secara vegetataif menggunakan zaat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organic bukan nutris,aktif dalam jumlah yang kecil terdapat pada bagian tanaman  tertentu dan umunnya diangkut kebagian lain, maka zat tersebut mendapat menimbulkan respon secara biokimia, fisiologis serta marfologis.
            Didalam zat pengatur tumbuh ( fitohormon ) yang terdiri dari lima kelompok yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan inhibitor. Masing – masing mempunyai cirri khas serta pengaruh yang berbeda terhadap fisiologis tanaman.
            Atonik digunakan pada tanaman berfungsi untuk meransang pertumbuhan akar tanaman yang lebih banyak, untuk mengaktifkan peyerapan hara, meningkatkan keluarnya kuncup, buah dan memperbaiki kualitas panen. Cara pemakaian harus disesuaikan dengan baik sebab atonik sangat cepat masuk kedalam tanamman, mempercepat aliran protoplasma sel serta miningkatkan pertumbuhan akar karena itu atonik akan bekerja mengaktifkan metabolisme di dalam sel.
Atonik mengandung bahan aktif  senyawa aromatik sebanyak 65 gr pe liter air, terdiri dari 5 nitophenolate 0.10 %, sodium artho nithophennolate 0,20 %, sodium paranitrophenolate 0,30 %, sodium 2,4 D 0,5 % serta solvenkuafer 99,30 %. Atonik merupakan cairan yang tugasnya untuk meransang pertumbuhan akar tanaman supaya lebih banyak dalam menyerap unsure hara.
            Di dalam praktikum kemarin kelompok tiga menggunakan zat pengatur tumbuh dengan dosis 1 % serta waktu perendaman yang berbeda :
·        A1 W2  = 5  menit
·        A2 W2  = 10 menit
·        A3 W3  = 15 menit


BAB II
BAHAN DAN METODE

A. Perbanyakan Secara Generatif
a. Tempat dan Waktu
Tempat praktikum dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Dilakukan mulai dari tanggal 8 November 2008 sampai pada 10 Januari 2009.
b. Bahan dan Alat
1.      bahan
a.      Biji mangga, manggis, lengkeng, durian, serta rambutan.
b.      Polybag yang digunakan sebanyak 50
c.      Pupuk kandang.
2.      Alat
a.      Cangkul.
b.      Gembor
c.      Ember

Cara Kerja
1.    Daging buah yang menutupi biji dibersihkan atau dibuang dengan cara dicuci atau menggunakan pasir.
2.     Menyiapkan tempat atau media semai. Penyemaian bisa dilakukan dengan menggunakan polybag yang sudah diberi pupuk kandang. Media semai yang digunakan untuk mengisi polybag berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
3.  Sebaiknya biji yang akan disemai harus direndam dalam larutan insektisida atau fungisida konsentrasi 0,1 % supaya biji terhindar dari hama dan penyakit.
4.    Setelah itu, biji ditanam dengan jarak tanam disesuaikan dengan ukuran biji atau ditanam dalam polybag satu persat
B.  Perbanyakan Secara Vegetatif.
Stek
     Stek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Tanaman yang distek, dipotong disalah satu bagiannya. Potongan tanaman bisa langsung ditanam ditanah. Setek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman – tanaman hias dan tanaman buah.
a.       Setek Batang.
                        Setek batang merupakan salah satu perbanyakan vegetatif tanaman menggunakan potongan batang, cabang, atau ranting. Setek batang banyak digunkan untuk memperbanyak tanaman hiasndan buah.
Batang, cabang, atau ranting yang ideal untuk bahan setek:
1.         Tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Umur tanaman sekitar 1 tahun dan batangnya berwarna kehijaun.
2.         Sehat, bebas dari  hama dan penyakit.
3.   Subur dan tidak menunjukkan keadaan defisiensi atau kekurangan salah satu unsure yang diperlukan tanaman.
4.         Bahan setek harus memiliki cukup bakal tunas

b.      Setek Akar
Walaupun tidak memiliki mata tunas, akardapat memunculkan tunas di dinding tunas atau dibekas potongannya yang telah muncul kalus. Tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini cukup banyak misalnya tanaman berbentuk pohon, semak, tanaman merambat, tanaman tahunansampai tanaman dataran tinggi.
Akar yang ideal untuk bahan setek:
1.     Bahan setek akar harus berupa akar lateral, yaitu akar yang tumbuh ke arah samping sejajar dengan permukaan tanah.
2.        Sebaiknya pilih akar muda yang berukuran 1 cm atau sebesar pensil karena lebih memunculkan akar dibandingkan dengan akar tua.
3.         Sehat dan bebas dari hama dan penyakit.
C.  Perbanyakan Secara Generatif -Vegetatif   
            Perbanyakan secara generatif-vegetatif di lakukan dengan menggunakan campuran dua bahan tanaman, yaitu bibit asal bijidan bagian bibit seperti mata tunas atau pucuk dari tanaman lain. Bibit asal biji dijadikan batang bawah untuk menopang pertumbuhan bagian vegetatif yang dijadikan sebagai batang bawah.
a. Okulsi
            Okulasi berasal dari bahasa belanda oculatie yang artinya menempel.
1.      Bahan dan Alat
a.         alat
Pisau sayat
Silet atau pisau cutter
Pita plastik/tali rafia
b.         bahan
calon batang bawah dan atas
2.      Cara Kerja
a.  Kerat kulit kayu batang bawah menggunakan pisau sayat, silet, atau pisau cuttr sampai membentuk huruf  “U” terbalik. Panjang keratan 2-3 cm dan lebarnya 1-1,5 cm dengan posisi keratan sekitar 20 cm dari pangkal batang.
b.         Potong lidah sayatan, sisakans edikit dibatang.
c.    Sayatan bagian mata tunas dari cabang entris sampai kelapisan kayu dengan bentuk seperti perisai.
d.         Angkat bidang sayatan, lalu bersihkan lapisan kayu yang masih menempel.
e.         Tempelkan mata tusan kebidang keratan diatas lidah kulit kayu dan jaringan kayu batang bawah. Posisi mata tunas harus mengarah keatas dan tidak tertutup oleh lidah.
f.     Ikat bidang tempelan dengan tali rafia. Pengikat dimulai dari arah bawah ke atas dan tidak tertutup oleh lidah.
g.      Rebahkan bagian pucuk batang atas dengan cara memotong batang pokoknya sampai separu tebal batang dengan jarak 5-7 cm dari lokasi penempelan.
h.     Satu bulan kemudian, pucuk batang atas yang direbahkan dipangkas agar tunas dapat tumbuh dengan baik.

c.       Sambung ( grafting )
1.      Potongan tanaman untuk batang bawah setinggi 15- 20 cm dari pangkal batang.
2.      Belah batang bawah sepanjang 2- 5 cm, tepat ditengah lokasi pemotong
3.    Potong pucuk tanaman untuk  batang atas sepanjang 7,5- 10 cm. Sayat miring dikedua sisi pangkalnya sampai membentuk segi empat “V”.
4.      Selipkan batang atas pada belahan batang bawah.
5.  Ikatanbagian sambungan dengan mengunakan plastik selebar 1 cm. Untuk mengurangi penguapan, daun batang bawah dan batang atas yang masih ada dipotong sampai hanya tersisa 1/3 bagian saja.
6.   Tutup pucuk tanaman sampai lokasi penyambungan menggunakan kantong palstik bening. Lalu ikat bagian plastic yang terbuka. Tujuan dari penutupan adalah untuk menjaga kelembaban udara didearah sambungan dan mempertahankan kesegaran pucuk tanaman, serta mempercepat proses penyambungan.
7.      Letakkan bibit sambungan pucuk ditempat yang teduh dan disiram setiap hari. Ada sembilan gambar penyambungan pucuk


1.      Pemotongan batang bawah



2. Pembelahan batang bawah

3. Melancipkan 2 sisi pangkal batang atas


4 Batang atas siap disambungkan

5. Batang atas disambungkan
dengan batang bawah



6. Pengikatan dengan tali plastik


   7. Sambungan telah diikat


8. Sambungan diselubungi
                  dengan kantong plastik

              9. Sambungan telah jadi dan bertaut
         ditandai keluarnya kuncup daun



BAB III  
PEMBAHASAN


 A.      Perbanyakan Secara Generatif
Dari hasil pengamatan pada benih yang disemaikan pada praktikum matakuliah agronomi tanaman hortikultura, dapat dilihat pada table 1.
Table 1: hasil pengamatan pada benih yang ditanam
Jenis Benih
Persentase Tumbuh (%)
Umur Berkecambah (hari)
Tinggi Bibit
(cm)
Mangga
30
29
27,4
Manggis
30
17
16
Durian
60
15
0,42
Lengkeng
80
7
5,25
Rambutan
60
7
30

Dari table terlihat bahwa perkecambahan pada durian dan rambutan lebih tinggi dibandingkan dengan mangga, manggis dan lengkeng. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kemunduran benih akibat dalam periode simpan kadar air tinggi sehingga viabilitasnya rendah.
Masa perkecambahan pada rambutan, lengkeng dan durian lebih cepat daripada mangga ataupun manggis sehingga persentase tumbuh pada mangga dan manggis relative lebih kecil dari rambutan, lengkeng dan durian.


B.      Pebanyakan Secara Vegetatif
1.      Setek
  1. Persentase tumbuh
Jenis
A1W1
A2W2
A2W3
Adenium
-
-

Akar sukun
-
13,33
13,33
Bogenfil
13,3
20
20
Beringin
-
-
-

  1. Umur bertunas
Jenis
A2W1
A2W2
A2W3
Adenium
-
-
-
Akar sukun
-
31 hari
32 hari
Bogenfil
28 hari
30 hari
31 hari
Beringin
-
-
-

  1. Tinggi tunas
Jenis
A2W1
A2W2
A2W3
Adenium
-
-
-
Akar sukun
-
0,55
0,35
Bogenfil
0,35
0,75
0,66
Beringin
-
-
-

   Dari table terlihat bahwa persentase tumbuh pada adenium yang tumbuh hanya pada perlakuan A0W3 yaitu perendaman tanpa pemberian atonik selama 15 menit, pada bogenfil pada perlakuan A0W1 yaitu perendaman selama 5 menit dan beringin persentase tumbuh pada perlakuan A0W1. Dilihat dari persentase yang tumbuh maka tinggi tunas dan umur bertunaspun hanya pada adenium A0W3, bogenfil A0W1 dan Beringin A0W3..


2.      Okulasi
Keberhasilan pada okulasi ditandai dengan berwarna hijau pada mata entries. Setelah berumur 15 hari.
3.      Sambung
Setelah berumur 14 hari pelastik penutup dibuka dan sudah trlihat muncul tunas pada batang atas dan terlihat menyatunya cambium antara batang atas dan batang bawah.
4.      Cangkok
Jenis
Umur berakar
Jambu air
1 bulan
Jambu biji
2 bulan
Belimbing
1 bulan



BAB IV 
 PENUTUP

A.   Kesimpulan
            Dari laporan praktikum ini dapat disimpulkan:
1)      Dalam perbanyakan  tanaman secar generatif memiliki keuntungan dan kerugian:
a.        Keuntungan
a.      Untuk mendapatkan tanaman yang kuat dan panjang umur.
b.      Tanamn tersebut diketahui apogami.
c.     Tanaman tersebut diketahui polyembrio.
b.       Kerugian
a.     Lebih lama menghasilkan
b.    Dan lain-lain
2)      Dalam perbanyakan tanaman secara vegetataif memiliki keuntungan dan kerugian:
a.        Keuntungan
a.      Dapat dilakukan pada tanaman yang tidak bisa diperbanyak secara generatif.
b.      Lebih cepat menghasilkan.
c.      Dapat dipakai untuk menggabungkan dua tanaman yang berbeda.
d.      Lebih murah dan dapat dilakukan setiap waktu tanpa menunggu musi006D
e.      Lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
b        Kerugian
a.      Kadang-kadang mengorbankan pohon induknya
b.      Agak sulit dipengangkutan.
c.      Kadang mempunyai alat yang spesifik.
B.   Saran
            Dari hasil laporan praktikum ini dapat disarankan sebaiknya kalau mau mendapatkan buah yang cepat  berproduksi sebaiknya menggunakan perbanyakan secara vegetatif, tapi kalau mau induk yang kuat sebaiknya perbanyakannya secara generatif.

DAFTAR PUSTAKA
             
Redaksi Agromedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Abidin, 1982, Dasar- dasar Pengetahuan Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa Bandung
Lakitan,  B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali pers.  Jakarta.
Heddy, 1996. Hormon tumbuhan, Penebar swadaya. Jakarata
Syarif, S, 1989, kesuburan tanah dan pemupukan tanah pertanian. Pustaka Buana. Jakarta